Prabowo Akui Kurang Puas di Pilpres 2014 & 2019: Kalau Gembira Bohong
07 Juli 2023, 14:49:09 Dilihat: 402x
Jakarta, Universitas Narotama -- Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengaku kurang puas dengan hasil Pilpres 2014 dan 2019. Pasalnya, ia kalah dua kali saat melawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kontestasi politik itu.
"Kalau ditanya apakah saya puas dengan Pilpres 2014-2019? Ya, kurang puas lah," ujar Prabowo dalam Rakernas Marga Simbolon di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, Jumat (7/7).
Meski tak gembira dengan hasil Pilpres 2014 dan 2019, dia mengaku sudah tak mempermasalahkan hal itu lagi. Ia mengaku tak mau terlarut dalam kekesalan.
"Ya, enggak ada masalah, kalau dalam pertandingan bola kita kalah, memangnya gembira? Bohong itu, bener enggak? Tapi, ya, kalau sudah begitu, apa mau kita dongkol terus?" tuturnya.
Cerita Prabowo soal kekalahannya melawan Jokowi lantas disambut riuh peserta Rakernas. Dalam kesempatan itu, peserta tersebut meminta ketum Partai Gerindra tersebut berjuang lagi untuk berkontestasi di Pilpres 2024.
"Maju lagi pak," ujar peserta.
Sambil tersenyum, Prabowo mengingatkan peserta tersebut untuk tak membawa-bawa agenda politik di dalam perhelatan tersebut.
Dia juga mengingatkan pernyataan Ketua Punguan Simbolon dohot Boruna (PSBI) Effendi Simbolon yang mengatakan agenda tersebut tak membawa unsur politik.
"Itu tadi sudah dikatakan oleh ketum kalian, di sini tidak politis. Jangan bawa-bawa politik, ya, saya diundang sebagai menteri pertahanan. Tapi orang Indonesia itu kadang-kadang enggak bisa, ya. Selalu nyerempet-nyerempet," kata dia.
Prabowo berharap elite rukun
Prabowo kemudian membeberkan syarat agar Indonesia menjadi negara yang berhasil. Syaratnya, kata Prabowo, para pemimpin elite harus bisa rukun.
"Kita punya potensi, kekayaan, segalanya untuk Indonesia. Tapi ada syaratnya (agar Indonesia berhasil), syaratnya adalah para elite pemimpin harus bisa rukun," ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, kunci agar Indonesia berhasil adalah menyatukan para pemimpin elite. Ia mengaku hal tersebut dia baca dan pelajari dari kajian negara-negara besar dunia.
"Para pemimpin harus bisa kerja sama bekerja dengan baik saling memahami, mengerti dan mengalah. Kuncinya itu, Indonesia bisa berhasil kalau elitenya rukun dan bisa kerja sama," tuturnya.